PENGARUH KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISM) PADA PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
Lina
Sehat Sitanggang
Abstrak:
Bahasa
adalah ungkapan perasaan yang digunakan sebagai alat komunikasi umum.
Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi, dari bahasa yang sederhana menjadi
bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa anak merupakan kombinasi dari
interaksi sosial, kemampuan kognitif, perkembangan emosi, dan perkembangan
fisik/motorik nya. Pada dasarnya, orang tua menginginkan anaknya dapat
menggunakan bahasa yang baik dan kompleks. Sehingga mendorong para orang tua
untuk menggunakan lebih dari satu bahasa dalam mengajari anaknya berbicara,
yang justru membuat si anak lebih susah mencerna bahasa yang berbeda-beda
tersebut. Sehingga si anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan dan mengerti
kata yang ia dengar.
Kata kunci : bahasa, perkembangan bahasa anak, dwi
bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulan nya atau hubungannya dengan orang lain (Rahmulyani,
2019). Sejak bayi kita sudah mulai berkomunikasi dengan orang di sekitar kita
sejak itu pula bahasa mulai diperlukan oleh manusia. Perkembangan bahasa bayi
dimulai dengan meraban ( suara atau bunyi tanpa arti ) dan diikuti dengan
bahasa satu suku kata, dua suku kata, seterusnya sampai menyusun kalimat
sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan bahasa yang semakin kompleks
sesuai dengan tingkat perilaku sosial. Sejak bayi,bahasa dipelajari melalui
interaksi sosial dengan orang lain, melalui kesempatan mendengarkan dan menguji
coba suara dan kata. Sebagai tambahan, tata bahasa anak-anak berdasarkan pada
pertimbangan dan anak-anak mampu memperoleh kata kata dari percakapan. Bayi
memperoleh bahasa selama beberapa bulan pertama. Hal ini dapat terindikasi
dengan merespon suara (child-direct speech) atau lebih sering disebut bahasa
ayah dan ibu yang dikarakteristikan dengan intonasi dan irama yang unik seperti
orang tua berbicara dengan anak anaknya.
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada
individu menurut Berk (1989) dapat dibagi kedalam empat komponen , yaitu :
1. Fonologi
(phonology)
2. Semantik
(semantics)
3. Tata
bahasa (grammar), dan
4. Pragmatik
(pragmatics)
Fonolologi
berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi bahasa.
Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan
intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi. Semantik merujuk kepada makna
kata atau cara yang mendasari konsep - konsep yang diekspresikan dalam kata –
kata atau kombinasi kata. Semantik merujuk pada sejauh mana kekuatan anak untuk
memahami ribuan pemetaan kata – kata ke dalam konsep – konsep yang dimiliki
sebelumnya meskipun belum terlabelkan dalam dirinya dan kemudian
menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya. Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari
bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Pragmatik juga mencakup di dalamnya
pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu.
Dilihat
dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan
berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap
– tahap sebagai berikut :
a. Tahap pralinguistik atau meraba (
0,3 – 1 tahun )
Pada
tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai
fungsi komunikatif.
b. Tahap holofrastik atau kalimat satu
kata (1,0 – 1,8 tahun)
Pada
usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata – kata. Satu kata yang
diucapkan anak – anak harus dipandang sebagai suatu kalimat penuh. Mencakup
aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya
terhadap sesuatu.
c. Tahap kalimat dua kata ( 1,6 – 2,0
tahun )
Pada
tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya
dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan
istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat. Misalnya, anak
mengucapkan “boneka siapa?” atau bertanya “itu boneka milik siapa?”, dan
sebagainya.
d. Tahap
pengembanagan tata bahasa awal ( 2,0 – 5,0 tahun )
Pada
tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai
bertambah. Ucapan – ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai
menggunakan kata jamak dalam kematangan perkembangan anak.
e. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 –
10,0 tahun )
Pada
tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang kompleks
lagi serta mampu menggabungkan kalimat – kalimat sederhana dengan
komplementasi, relativasi, dan konjungsi .
f. Tahap kompetensi lengkap ( 11,0 tahun
– dewasa )
Pada
akhir masa kanak – kanak perbendaharaan kata semakin meningkat, gaya bahasa
mengalami perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi.
Keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya
kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi
komunikasi.
2.
PENGARUH KEDWIBAHASAAN PADA PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif,
yang berarti faktor kognitif sangat berpengaruh terhadap kemampuan bahasa. Selain kognitif, ada juga faktor lain yang
sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa anak, yaitu lingkungannya dan
kedwibahasaan yang digunakan dalam keluarga. Dwibahasa dalam perkembangan
bahasa anak yaitu bahasa yang lebih dari
satu bahasa atau terdiri dari dua bahasa yang berbeda yang digunakan dalam
mengajarkan anak berbicara.
Keinginan orang tua akan anaknya mampu menguasai atau
mengetahui lebih dari dua bahasa, mendorong orang tua mengajari anaknya
menggunakan dua bahasa berbeda sejak bayi. Dengan harapan anaknya dapat seperti
anak – anak yang mampu berbahasa asing. Kedwibahasaan sangat mempengaruhi perkembangan
bahasa anak usia dini, karena akan mempengaruhi kosa kata dan tata bahasa si
anak. Penerapan dwibahasa pada usia yang masih terlalu dini justru akan menghambat
atau memperlemah proses perkembangan bahasa anak. Pada dasarnya anak akan lebih
mudah mengerti bahasa yang sering didengarnya, dan akan lebih mudah mengingat
kata tersebut.
Pengaruh kedwibahasaan pada perkembangan anak yaitu,
si anak sulit mengerti arti dari tiap kata karena diucapkan dalam bahasa yang
berbeda beda, tidak menutup kemungkinan si anak jadi sulit untuk mengucapkan kata
kata tersebut, dan bahasa si anak tidak akan tepat karna si anak dengan
sendirinya akan menggunakan dua bahasa sekaligus dalam satu kalimat.
Jika sejak dini anak diajarkan dengan menggunakan
dwibahasa, anak akan bingung menelaah bahasa atau kata apa yang harus ia pakai
atau ucapkan, dimana ia tidak menyadari bahwa arti kedua kata itu sama.
Misalkan si ibu mengajari anaknya menggunakan bahasa Indonesia sedangkan si
ayah mengajarinya dengan bahasa daerah (misalkan bahasa batak). Si ibu melarang
anaknya dengan menggunakan kata “jangan” sedangkan si ayah melarang anaknya
dengan kata “unang” (unang = jangan). Andaikan si anak ingin menyentuh barang atau
benda rawan pecah, orang tua si anak dengan kompak melarang anaknya dengan
menggunakan kedua bahasa yang berbeda tersebut. Sehingga sianak bingung siapa
yang akan dituruti, ayah atau ibu. Padahal maksud ayah dan ibunya itu sama,
hanya saja si anak tidak tau akan hal itu karena keberagaman bahasa yang
membuat si anak jadi sulit mengerti kata – kata tersebut.
Disisi
lain juga si anak dan sadar arti kedua bahasa itu sama, namun ia tidak tau kata
itu bahasa a atau bahasa b. Hal ini menyebabkan bahasa si anak
jadi tidak teratur, atau bahasa anak jadi tercampur – campur. Si anak
menggunakan kedua bahasa tersebut sekaligus dalam satu kalimat. Sehingga si
anak akan terbawa – bawa hingga dewasa nanti jika bahasa si anak tidak
diperbaiki. Bahasa si anak tidak akan baik dan tepat jika hal ini terjadi, dan
perlu perubahan pola pengajaran bahasa yang baik dan benar yang mampu mengasah
bahasa si anak menjadi lebih baik dan tepat.
3.
CARA MENGATASI MASALAH
Jika orang tua sangat menginginkan anaknya pandai
menggunakan dua bahasa atau lebih bahasa yang berbeda, orang tua boleh saja
mengajari anaknya dengan dwibahasa. Namun tidak dianjurkan sejak masih bayi.
Saat masih bayi alangkah lebih baik anak di ajari berbicara atau berbahasa
dengan menggunakan satu bahasa saja. Biarkan si anak benar – benar memahami
dulu setiap kata dari bahasa yang di ajarkan pertama kalinya, supaya jika di
ajarkan bahasa yang lain lagi si anak tidak lupa dengan bahasa yang ia gunakan
pertama kali. Jika si anak sudah mengerti dan paham dengan bahasa yang ia
dengar pertama kali, si anak boleh di ajari menggunakan bahasa yang lain sesuai
keinginan orang tua.
Jika si anak sudah terlanjur menggunakan dwibahasa sejak
dini dan mengalami masalah dalam perkembangan bahasanya, maka orang tua harus
mengambil langkah cepat sebelum bahasa si anak terbawa – bawa sampai ia dewasa
nanti. Orang tua harus sepakat mengajari si anak dengan satu bahasa dan melatih
anaknya secara terus – menerus. Jangan biarkan si anak mengucapkan kata yang
salah lagi.
4.
KESIMPULAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulan nya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan
bahasa dimulai sejak kita masih bayi hingga pada saat kita dewasa. Perkembangan
bahasa dimulai dari bahasa yang sederhana sampai mencapai pada bahasa yang
kompleks.
Perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh kognitif anak, lingkungan si
anak dan kedwibahasaan atau penggunaan dua bahasa yang berbeda.
Penggunaan
dwibahasa pada anak usia dini sangat tidak di anjurkan, karena dapat berdampak
buruk terhadap perkembangan bahasa anak. Penggunaan dwibahasa dapat
memperlambat proses perkembangan bahasa anak. Pengaruh kedwibahasaan pada
perkembangan anak yaitu, si anak sulit mengerti arti dari tiap kata karena
diucapkan dalam bahasa yang berbeda beda, tidak menutup kemungkinan si anak jadi
sulit untuk mengucapkan kata kata tersebut, dan bahasa si anak tidak akan tepat
karena si anak dengan sendirinya akan menggunakan dua bahasa sekaligus dalam
satu kalimat.
Komentar
Posting Komentar